Dalam kehidupan ini telinga kita sudah terlalu kebal, terhadap suara-suara peringatan yang membawa kita ke arah kehidupan yang lebih baik. Popularitas, Ambisi, kesombongan, kekayaan,
dan segala kompetensi yang dimiliki sering membutakan nurani dan menumpulkan ketajaman pendengaran kita terhadap alunan musik instropeksi yang merdu. Ada kalanya seseorang harus “dilempar batu dulu untuk memposisikannya kembali agar tidak terjerumus lebih jauh. Seorang rekan terpaksa harus berurusan dengan pengadilan akibat cara memasukan barang nya tidak prosedural, seorang kolega sempat kehilangan orang yang dikasihinya akibat stress yang dimunculkan dari kurangnya cinta yang diberikan.
Beberapa contoh “lemparan batu” itu ternyata membuat introspeksi yang mendalam untuk memposisikan kembali apa arti hidup dan tujuan bekerja sebenarnya. Sudah seyogyanya “Lemparan batu” dimaknai sebagai bagian dari pengembangan kualitas diri yang optimal , sekalipun lingkungan mungkin memaknai sebagai suatu kegagalan, kajatuhan, maupun kehancuran. Apa yang terjadi di depan kita maupun dibelakang kita merupakan persoalan kecil dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri kita.
By : AG
This entry was posted
on Sabtu, 13 September 2008
at 11.27
and is filed under
ARTIKEL
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.
Tentang Kami
Lihat Juga
-
-
usia15 tahun yang lalu
-
Tips Ujian Nasional 200916 tahun yang lalu
-
-
Info Hima Sukma
Arsip
-
▼
2008
(19)
-
▼
September
(15)
- DATA MAHASISWA KECAMATAN PERMATA KECUBUNG
- DATA MAHASISWA KECAMATAN KUALA JELAI
- DATA MAHASISWA KECAMATAN PANTAI LUNCI
- DATA MAHASISWA KECAMATAN BALAIRIAM
- DATA MAHASISWA KECAMATAN SUKAMARA
- Lemparan Batu
- PERAS ( Peraturan Asrama)
- SAMBUTAN KETUA UMUM HIMA SUKMA
- Susunan Kepengurusan
- Seni Budaya kabupaten Sukamara
- Pantai Di Kabupaten Sukamara
- Naruto Band ( Sida Bebiakan Sukamare)
- Jangan Makan “Kalong”.(Politik iklan anti–kebudaya...
- INDOCAFE
- Hima Sukma Adakan Buka Puasa Bersama
-
▼
September
(15)